Natalan si Rizki Cilik



Hari ini Rizki, teman cilikku, ke gereja lagi merayakan Natal Sekolah Minggu. Rizki masuk ke ruang Kapel Hosana (kelas kecil) karena umurnya masih 4 tahun.  Aku mengenal Rizki di depan sekolah saat ia ikut ayahnya berjualan bakmi. Lambat laun kami semakin sering bertemu dan menjalin pertemanan.

Aku bingung setiap kali berada di gedung yang besar dan dingin ini, ia seperti bukan dirinya. Ia menjadi sangat pendiam. Keceriaannya seperti dikurung oleh suara dan lagu Sekolah Minggu yang terpantul dipilar-pilar penyangga dan kaca ruang ini. 


Mungkin ia belum terbiasa. Apalagi waktu pertamakali sekolah minggu. Rizki yang biasanya ceria, lari sana lari sini menjadi tak berkutik sepeti batu. Saat dipanggil berdiri, dia tidak berdiri. Saat diajak menyanyi, mulutnya bagai diplester lem tikus.


Ingin  sekali rasanya melihat dia menikmati Tuhan lewat puji-pujian, tarian, firman Tuhan bersama teman-temannya, tapi dia sepertinya takut dengan suasana yang berbeda dari biasanya. Aku ingin dia senang dan ceria mengikuti perayaan Natal, tapi ia tidak menunjukkannya. Di mukanya lebih banyak ketakutan daripada keceriaan.


Sudah 3 kali dia ikut sekolah Minggu. Kali pertama aku temani ia duduk. Aku coba mengajari dia melipat tangan dan menutup mata dikala doa. Kuajari dia menepuk tangan sesuai irama lagu. Dia hanya ingin menepuk kalau tangannya aku pegang dan berdoa jika aku yang melipat tangannya.


Kali kedua aku duduk di belakang bersama mami-mami dan suster-suster. Ga boleh ditemenin terus-terusan dong. Dia sangat diam. Tidak mengobrol, tidak menepuk tangan, tidak bernyanyi. Hanya diam, tapi kubiarkan. Saat aktivitas, aku membantunya sedikit, sehingga ia mengerjakannya.


Kali ini Rizki benar-benar sendiri dari awal sampai akhir perayaan. Awalnya, ia seperti batu. Lalu, setelah firman Tuhan, ada lagu Joy to the World dan ia menepuk tangan mengikuti irama lagu. Sesekali ia juga menengok ke belakang untuk mencari wajahku. Senang sekali rasanya hanya  melihatnya menepuk tangan. Lalu, saat aktivitas dia bisa mengerjakannya sendiri. Rizki melihat dan meniru teman-teman sekelilingnya membuat kartu Natal.

Rizki melihat dan meniru teman-teman sekelilingnya membuat kartu Natal.

Mulai minggu depan aku mau mengajak Rizki untuk rutin sekolah minggu. Rizki mau. Aku sangat berharap Rizki bisa mengenal Anak Allah yang sejati yang rela turun dan menjadi sama dengan manusia  dan ia juga bisa menjadi berkat bagi orang-orang disekelilingnya. Rizki lebih mau diajak ke Sekolah Minggu dibanding abangnya, Budi.


Budi sudah beberapa kali ikut Sekolah Minggu, tapi sekarang sudah tidak mau. "Teman-temannya nakal, sering jailin.. ga mau pergi" katanya sambil cembetut pagi tadi. Aku terus membujuknya, tapi tidak berhasil. Dan aku belum menyerah. 

Suasana Sekolah Minggu di Kapel Hosana

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Liburan Versi Guru PAUD 2020

Review Buku Anak: Willa & Rempah Kesayangan Ibu